“Tidak masuk akal untuk mengklaim bahwa sebuah platform atau pemiliknya bertanggung jawab atas penyalahgunaan platform tersebut,” kata perusahaan itu dalam sebuah pernyataan.
Menurut Le Monde, hakim investigasi yang menangani kasus tersebut memutuskan untuk memperpanjang penahanan Durov setelah Minggu malam. Di bawah sistem Perancis, periode penyelidikan awal ini dapat berlangsung hingga 96 jam. Setelah selesai, hakim dapat memutuskan apakah akan membebaskannya atau mengajukan tuntutan dan menahannya.
Kedutaan Besar Rusia di Paris meminta akses terhadap Durov, yang memegang kewarganegaraan Prancis dan Uni Emirat Arab, namun mengatakan para pejabat Prancis “menolak untuk bekerja sama” dalam penyelidikan diplomatik mereka, menurut media pemerintah Rusia.
Selain berpotensi menjadi titik konflik diplomatik, penangkapan Durov memicu kemarahan online, dengan beberapa pendukung kebebasan berpendapat online mengklaim bahwa penangkapan tersebut merupakan upaya penyensoran.
Miliarder pengusaha teknologi Musk menggunakan platformnya, X, untuk memposting ulang klip wawancara Tucker Carlson dengan Durov pada bulan April, di mana CEO Telegram memuji X di bawah Musk. “#FreePavel,” tulis Musk.
Matteo Salvini, wakil perdana menteri sayap kanan Italia, menyuarakan sentimen yang sama di Facebook, dengan memposting: “Di Eropa kita sekarang berada di bawah sensor… Hidup kebebasan berpikir dan berekspresi. Siapa yang akan dibungkam selanjutnya? orang-orang?