Setelah Rusia melancarkan invasi besar-besaran ke Ukraina pada tahun 2022, Telegram menjadi sumber utama konten tanpa filter (dan terkadang menyesatkan) dari kedua belah pihak mengenai politik perang dan konflik. Sementara itu, Telegram dikritik karena memfasilitasi kegiatan kelompok ekstremis, termasuk perusuh sayap kanan setelah tiga anak tewas dalam serangan penikaman di Inggris pada bulan Juli.
Pengacara Durov, Dmitry Agranovsky, menyebut tuduhan terhadap kliennya “benar-benar konyol,” menurut kantor berita Rusia RIA Novosti. “Ini seperti menuduh produsen mobil, beberapa perusahaan mobil besar, menggunakan mobilnya untuk tujuan kriminal, atau menuduh mereka menyebabkan kecelakaan,” kata Agranovsky.
Setelah Durov ditahan, John Scott-Railton, peneliti senior di Citizen Lab Universitas Toronto, men-tweet: “Karyawan platform besar ditangkap karena moderasi dan akses yang berlebihan.
“Saya cukup yakin ini adalah tindakan pemerintah yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap eksekutif platform besar,” kata Scott-Railton dalam sebuah postingan di X.
Elon Musk, pemilik Carlson mengklaim dalam tweetnya sendiri bahwa penangkapan itu merupakan serangan terhadap kebebasan berpendapat.
Sementara itu, mantan Presiden Rusia Dmitry Medvedev mengatakan pada hari Minggu bahwa Durov yang kelahiran Rusia meninggalkan negaranya karena berpikir bahwa dia tidak akan pernah harus bekerja sama dengan otoritas pemerintah di luar negeri adalah sebuah kesalahan perhitungan.
Antoaneta Roussi berkontribusi dalam pelaporan.